EMOSI DAN OLAHRAGA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak.
Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri
individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang,
sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang
berperilaku menangis.
Dalam kehidupan banyak sekali permasalahan, dalam
berita-berita banyak dikabarkan orang masuk bui hanya karena tidak dapat
menahan emosi. Pemukulan,
adu fisik dan bahkan pembunuhan. Tidak jarang kita juga mendengarkan berita-berita yang
beredar dalam dunia olahraga tentang tawuran antar pemain sepakbola, pemukulan
terhadap wasit sehingga insan olahraga yang seharusnya menjunjung rasa
sportifitas yang tinggi harus menerima sangsi hingga larangan untuk bermain. Alangkah
sayangnnya permasalah itu timbul hanya karena masalah sepele dan emosi yang
meluap-luap.
1
|
Beberapa
kejadian buruk diakibatkan karena emosi, sungguhnya emosi sendiri itu
apa? Apa dampak positif dan negatif emosi
dalam dunia olahraga? Dan bagaimna cara melakukan pengelolaan emosi untuk mampu
meraih sebuah prestasi? Untuk memperjelas pertanyaan-pertanyaan yang selalu
muncul itu dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut pada bab berikut tentang
apa definisi emosi, dampak emosi dalam olahraga dan
bagaimana pengelolaan emosi itu.
B. Rumusan Masalah
Untuk mempermudah dalam pembahasan nanti maka perlu
dirumuskan terlebih dahulu masalah-masalah pokok yang akan dibahas
kemudian. Adapun rumusan masalah yang akan diangkat dalam laporan ini adalah
sebagai berikut:
1.
Apa yang dimaksud dengan emosi?
2.
Apa pengaruh-pengaruh positif dan
negatif dari emosi dalam kegiatan olahraga?
3.
Bagaimana pengendalian emosi untuk
meraih prestasi?
C. Tujuan
Sebagaimana kegiatan-kegiatan laporan yang lain, laporan
ini memiliki tujuan-tujuan tertentu yang ingin dicapai. Dengan tujuan-tujuan
tersebut maka hasil laporan akan lebih terarah dan lebih sistematis. Dalam
laporan ini, penulis ingin mencapai tujuan-tujuan sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahuiapa yang dimaksud
dengan emosi.
2.
Untuk mengetahui pengaruh-pengaruh
positif dan negatif emosi dalam olahraga.
3.
Untuk mengetahui bagaimana
pengendalian emosi dalam meraih prestasi.
D. Manfaat
Manfaat
yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah agar para pelatih, guru
dan orang yang bergelut didalamnya melalui pemahaman akan fungsi tugas dan
peranannya bisa meningkatkan kemampuan mendidik atau mengajar terhadap anak
didiknya serta mampu mengembangkan potensi diri peserta didik, mengembangkan
kreatifitas dan mendorong adanya penemuan keilmuan dan tekonologi yang
inovatif, sehingga para atlet/siswa mampu bersaing dalam masyarakat global.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Emosi
Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang
berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan
bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut Daniel Goleman (2002 : 411)
emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis
dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak.
Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri
individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati
seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong
seseorang berperilaku menangis.
Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai
pikiran. Jadi, emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan
manusia, karena emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan,
tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia. (Prawitasari,1995)
Dapat
ditarik sebuah kesimpulan tentang definisi emosi adalah suatu tindakan/respon
dari rangsangan luar dimana keadaan fisiologis dan psikologis tidak dalam
keadaan seimbang.
4
|
Beberapa tokoh
mengemukakan tentang macam-macam emosi, antara lain Descrates. Menurut
Descrates, emosi terbagi atas : Desire (hasrat), hate (benci), Sorrow
(sedih/duka), Wonder (heran), Love (cinta) dan Joy (kegembiraan). Sedangkan JB
Watson mengemukakan tiga macam emosi, yaitu : fear (ketakutan),
Rage(kemarahan), Love (cinta). Daniel Goleman (2002 : 411) mengemukakan
beberapa macam emosi yang tidak berbeda jauh dengan kedua tokoh di atas, yaitu
a.
Amarah :
beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati.
b.
Kesedihan :
pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, putus asa.
c.
Rasa takut :
cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada, tidak tenang,
ngeri.
d.
Kenikmatan :
bahagia, gembira, riang, puas, riang, senang, terhibur, bangga.
e.
Cinta :
penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti,
hormat, kemesraan, kasih.
f.
Terkejut :
terkesiap, terkejut.
g.
Malu : malu
hati, kesal
Seperti yang telah diuraikan diatas, bahwa semua emosi
menurut Goleman pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Jadi berbagai
macam emosi itu mendorong individu untuk memberikan respon atau bertingkah laku
terhadap stimulus yang ada. Dalam the Nicomachea Ethics pembahasan Aristoteles
secara filsafat tentang kebajikan, karakter dan hidup yang benar, tantangannya
adalah menguasai kehidupan emosional kita dengan kecerdasan. Nafsu, apabila
dilatih dengan baik akan memiliki kebijaksanaan; nafsu membimbing pemikiran,
nilai, dan kelangsungan hidup kita. Tetapi, nafsu dapat dengan mudah menjadi
tak terkendalikan, dan hal itu seringkali terjadi. Menurut Aristoteles,
masalahnya bukanlah mengenai emosionalitas, melainkan mengenai keselarasan antara
emosi dan cara mengekspresikan (Goleman, 2002 : xvi).
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan
bahwa emosi adalah
suatu tindakan/respon dari rangsangan luar ataupun dalam dimana keadaan
fisiologis dan psikologis tidak dalam keadaan seimbang
B. Pengaruh Positif dan Negatif dari
Emosi
1. Sifat dan Fungsi
Emosi
Menurut
beberapa ahli sifat dan fungsi emosi antara lain dijelaskan sebagai berikut:
1. Emosi memegang peranan penting bagi
kehidupan sehat, ekspresi diri, kepemimpinan, dan perkembangan nilai-nilai.
2. Emosi memperkaya dan mengisi arti
kehidupan bagi individu. Tetapi kalau emosi terlalu menguasai individu akan
berakibat tampaknya tingkah laku yang irrasional, yang akan menyebabkan
penganalisaan yang tidak teliti.
3. Emosi mempengaruhi cara kerja
kelenjar-kelenjar yang akibatnya seluruh pribadi dapat terpengaruh baik yang
menyangkut cara-cara berfikir, bertindak dalam mengambil suatu keputusan, dan
juga sikap mental.
4. Emosi dapat dirasakan tanpa
diketahui dimana tempatnya.
Kalau
kita pelajari fungsi dan sifat emosi tersebut di atas, maka tidak mengherankan
kalau tindakan seseorang itu juga diwarnai oleh emosi di samping oleh
pertimbangan-pertimbangan pikir dan akalnya. Yang menjadi persoalan sekarang
adalah sampai beberpa jauh emosi itu dapat memberikan pengaruh-pengaruh positif
dan negtif ?
2. Dampak positif emosi
Dampak
positif emosi ini sangat tergantung kepada pribadi dan pengalaman-pengalaman
seseorang. Pengalaman akan banyak mempengaruhi perkembangan emosi baik yang
bersifat memupuk, menghambat, dan mematikan. Semakain banyak pengalaman
seseorang didasari oleh pengertian dan kemauan untuk mempelajari
pengalaman-pengalaman yang dialami. Jelas akan memberikan pengaruh yang positif
terhadap tindakan-tindakan berikutnya, mereka akan lebih mampu mengendalikan
emosi dalam batas-batas yang diinginkan. Mereka akan dapat memanfaatkan
dorongan emosi tanpa menggangu pelaksanaan suatu tindakan. Begitu pula dalam
dunia olahraga, pengendalian emosi sangat menentukan dalam pencapaian
prestasi.Di dalam dunia olahraga cukup banyak rangsangan-rangsangan yang dapat
memacu perkembangan emosi.
Syarat
mutlak tergeraknya emosi adalah adanya rangsangan.Sedangkan
rangsangan-rangsangan dapat menimbulkan emosi kalau rangasangan dapat
menggerakkan dorongan-dorongan individu.Beberapa jauh efek rangsangan tersebut
terhadap emosi sangat tergantung pada sifat dan tempramen serta keadaan
individu itu sendiri, di samping juga bergantung pada keteraturan dan kekuatan
rangsangan yang memacu emosi tersebut.Pengertian dan pengalaman terhadap
situasi sesaat ikut menentukan pula.
Di
dalam kegiatan olahraga, pengalaman bertanding sangat menentukan bagi
perkembangan emosi.Dengan bertanding olahraga para olahragawan selalu dapat rangsangan-rangsangan
emosi yangb beraneka ragam, baik yang datang dari penonton, lawan bertanding
ataupun wasit, dan sebagainya. Kadang rangsangan-rangsangan ini terlalu kuat
bagi olahragawan yang lain. Adalah paling baik apabila rangsangan tersebut
mampu merangsang emosi setinggi-tingginya tanpa menimbulkan gejala-gejala over
stimulus, sehingga olahragawan tersebut dapat bertindak dengan semangat yang
tinngi tanpa kehilangan pertimbangan pemikiran dan akalnya.Hal inilah yang
harus diusahakan oleh seorang pelatih meskipun agak sulit. Kepekaan emosi
tidaklah sama. Setiap olahragawan mempunyai kepekaan emosi yang berbeda-beda
tergantung pada kekayaan pengalaman, pengertian, pengetahuan terhadap situasi
sesaat dan masih banyak lagi hal-hal yang ikut mempengaruhinya.
3. Dampak negatif
Dalam
kondisi-kondisi tertentu dalam suatu pertandingan atau perlombaan dalam
olahraga seperti rasa lelah, ejekan penonton, angka lawan di atas kita dan
lainya. Mungkin olahragawan akan mudah sekali menjadi tersinggung, marah-marah,
kesal, dan tidak bisa berfikir lagi dengan tenang. Akhirnya
tindakan-tindakannya didominasi oleh emosi kemarahannya dibandingankan dengan
pertimbangan-pertimbangan akal dan pikirannya. Emosi yang dapat memberikan
pengaruh-pengaruh negatif dalam olahraga antara lain adalah sebagai
berikut :
a. Gelisah
Gelisa adalah gejala takut atau dapat pula dikatakan
saraf takut yang masih ringan. Biasanya rasa gelisah ini terjadi pada saat-saat
menjelang pertandingan akan dimulai. Rasa gelisah akan terjadi apabila
seseorang itu belum mengalami apa yang akan dilakukanya atau dapat pula terjadi
oleh misalnya ketidak mampuan terhadap apa saja yang akan dikerjakan atau
mungkin adanya rasa “sentiment”, kebingungan atau ketidak pastian. Rasa gelisa
akan berubah menjadi menggembirakan manakala penyebab rasa
gelisah (pertandingan akan dimainkan) tertunda pelaksanaannya.
Bagaimana cara untuk menghindari atau mengurangi
timbulnya kegelisahan? Cara yang baik adalah dengan jalan merasionalisasi
emosi, yaitu segala hal yang negative dianggap positif. Hal-hal demikian dapat
dilatihkan, yaitu dengan membiasakan untuk:
1. Merumuskan
persoalan-persoalan yang sebenarnya merupakan sebab kegelisahan secara jelas.
2. Memperhitungkan
segala kemungkinan yang menjadi akibatnya sejak yang paling ringan sampai pada
yang paling berat atau paling jelek.
3. Membuat
persiapan untuk menghadapi setiap kemungkinan yang biasanya terjadidengan
segala rumus pemecahanya baik oleh diri sendiri maupun dengan orang lain.
4. Menghadapi
persoalan-persoalan dengan rasa siap dan tabah dan serta percaya pada kemampuan
diri sendiri.
Dengan cara-cara tersebut di atas dapat diharapkan
kegelisahan yang menjangkiti para olahragawan sedikit demi sedikit bisa
dikurangi atau bahkan dapat dihilangkan.
b. Takut
Hampir semua orang mempunyai pengalaman-pengalaman yang
menentukan. Takut biasanya berakar pada pengalaman sebelumnya atau pada
masa-masa lampau yang pengaruhnya pada
tingkah laku dan kepribadian seseorang yang membekas sepanjang hidupnya. Takut
banyak macam-macamnya, misalnya takut pada binatang, takut sendirian
takut jika berada di depan orang banyak, takut pada timbulnya cidera dan
sebagainya.
kegelishan yang menjngkit pada atlit dapat berubah
menjadi ketakutan apabila tidak mendapat
penyelesaian yang sebaik-baiknya. Rasa takut dapat member pengaruh yang
negative atau positif terhadap perkembangan kepribadian seseorang. Dlam
batas-batas yang masih normal rasa takut akan memberi pengruh yang
positif, karena dengan rasa takut tersebut seseorang akan lebih berhati-hati
terhadap apa yang ditakutinya, misalnya saja dia jadi lebih siap atau sebaiknya
mungkin dia lebih baik menghindari.
Rasa takut lebih baik jangan dihindari sama sekali,
tetapi dikendalikan.misalnya seorang atlit yang tidak memiliki ketakutan
terhadap kekalahan kekahan dalam
pertandingan yang akan diikuti. Ia akan berbuat apa yang dikehednakinya, akhirnya ia
akan tersesat oleh perasaan “kalah ya biar”.usaha yang kira-kira dirasa terlalu
berat untuk meraih keunggulan nilai, cenderung untuk tidak dilaksanakan, karena
dipandang terlalu menghabiskan tenaga disamping juga sikap berhati-hati juga
menjadi berkurang. Konsentrasi menjadi buyar dan usaha-usaha untuk mencari
kelemahan- kelemahan lawan tidak ada lagi.
Contoh lain dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang anak
yang sama sekali tidak takut jatuh dari pohon, maka sikap hati-hati waktu
memanjat pohon akan berurang kalau dibandingkan dengan anak-anak yang takut
jatuh. Begitu pula anak yang tidk takut jatuh dri sepeda motor, akan lebih
berani dan terlalu berani sewaktu mengendarai sepeda motor dengan kecepatan
tinggi yang kadang-kadang tidak memikirkan kemungkinan adadanya kecelakaan yang
dapat ditimbulkan akaibat perbuatannya.
Rasa takut juga tidak boleh ditanamkan sehingga menyebabkan
orang sama sekali tidak berani mengambil resiko, akhirnya orang tersebut
terlalu berhati-hati, terlalu banyak perhitungan yang kadang-kadang yang tidak
diperlukan.akibatnya orang tersebut tidak pernah mau mencoba dan berusaha untuk
mengatasi ketakutannya yang timbul.
Yang paling baik adalah kalau takut dikendalikan, artinya
tidak ditahan, tetapi juga tidak dihilangkan sama sekali. Hal ini memang sulit
sampai seberapa jauh takut itu harus dikendalikan, karena kalau salah cepat
menjadi hobi.
Dalam dunia olahraga rasa takut kalah di dalam
batas-batas normal adalah baik, karena dengan demikian seseorang akan
mempersiapkan diri untuk menghindari kekalahan. Melatih diri, berusaha mencari
kelemahan-kelemahan lawan, penghematan tenaga / penghematan penghamburan tenaga
yang tidak perlu dan sebagainya. Jadi sekali-sekali jangan menartikan
pengendalian rasa takut sama dengan menanamkan rasa takut.
Menurut beberapa pendapat yang dikumpulkan oleh Reuben B.
Frost dari Springfield College mengenai bagaimana harus/menangani masalah takut
ini, antara lain diajukan beberapa pendapat sebagai berikut:
1.
Mencoba
menemukan dan memahami sebab-sebab terjadi rasa takut.
2.
Mendekati dan
mengenali situasi yang di takuti secara sedikit demi sedikit.
3.
Mempersiapkan
diri untuk menghadapi apa yang ditakuti dengan membuat perencanaan yang pasti
dan taktik yang tepat guna.
4.
Menguji dan
menganalisa alasan-alasan mengapa sampai terjadi ketakutan. Menolong mencarikan
sebab-sebab timbulnya kesulitan-kesulitan yang ditakuti (adakah pengaruh
kecelakaan yang dulu-dulu atau memang belum mengenal problimnya).
c.
Marah
Marah adalah emosi yang sering timbul juga dalam dunia
olahraga, dan marah ini pernyataanya selalu dijunjukan pada benda-benda atau
orang-orang di sekitarnya dalam bentuk-bentuk yang bersifat agresif dan
spontan.
Manifestasi marah bentuknya bermacam-macam bergantung
pada taraf pendidikan, kebisaan, umur, dan sebagainya. Marah juga dapat
menimbulkan tenaga yang luar biasa yang tidak mungkin dapat diperbuat oleh
orang tersebut dalam kehidupan sehari-hari yaitu pada saat-saat dia tak marah.
Karena marah juga termasuk emosi, maka seseorang yang
sedang marah sudah jelas akan kehilangan pertimbangan-pertimbangan akalnya
sehingga orang yang sedang marah itu tidak mungkin lagi untuk mengerjakan
hal-hal yang rumit yang membutuhkan ketelitian. Begitu pula dalam kehidupan
berolahraga, terutama dalam pertandingan-pertandingan, banyak sekali
rangsangan-rangsangan yang memancing kemarahan para olahragawan yang sedang
bertanding, sehingga mengakibatkan tindakan-tindakan bagi yang sedang marah itu
menjadi lebih agresif, spontan, kurang perhitungan sehingga ketelitiannya juga
berkurang. Karena ketelitiannya hanya menyalurka kemarahan untuk hal-hal yang
dapat mencelakakan atau merugikanlawannya. Misalnya saja kalau dalam bermain
bola volley keinginannya juga hanya bermain keras saja artinya dia ingin
men-smash bola sekeras-kerasnya, syukur-syukur kalau tangan yang men-block itu
cidera karena akibat dari kerasnya smash yang dilakukan, misalnya jari tangan
lawan itu dapat tergilir atau sobek. Dia tidak lagi ingin placing bola kearah
tempat-tempat yang kosong. Makin dia gagal makin bertambah marahnya. Selama dia
belum merasa puas dalam meyalurkan kemarahannya, selama itu pula
tindakan-tindakannya atau usaha-usaha hanya akan lebih banyak dikendalikan
emosi amarahnya dan jauh dari pertandingan akalnya.
Karena sifat marah memerlukan spontanitas dan ditunjukkan
dalam bentuk-bentuk agresifitas, maka jalan paling baik adalah jika atlit-atlit
tersebut dapat dapat menghambat spontanitasnya dan mengurangi sikap
agresifitasnya. Artinya menanggapi kemarahan itu dengan sikap-sikap yang baik
atau positif. Kalau dalam olahraga yang ada time-out, lebih baik diambil
time-out terlebih dahulu agar spontanitas kemarahan itu tertunda pelaksanaanya.
Meskipun hanya beberapa detik, biasanya sudah cukup untuk mengurangi derajat
kemarahannya. Kadang-kadang seseorang yang marah dapat mengatasi kemarahanya
dengan cara mengambil nafas dalam-dalam beberapa kali dengan menghitung sampai
beberapa puluh atau menghadapi kemarahan itu dengan senyum untuk mengurangi
kemarahan tersebut.
Dalam pertandingan-pertandingan adalah sukar untuk dapat
menghilangkan sumber darai kemarahan, sebab dalam dunia olahraga kadang-kadang
memancing kemarahan lawan adalah disengaja dengan harapan kalau lawan itu sudah
tidak sadar lagi, akibatnya dia ingin tetapi main keras yang dapat
mengakibatkan banyaknya energy yang harus dikeluarkan sehingga pada suatu saat
dia kehabisan tenaga dapat dengan mudah untuk dikalahkan.hal-hal seperti diatas
harus disadari , dimengerti dan disadari oleh para olahragawan, jangan sampai
dia kena pancing siasat lawan untuk menjadi marah. Ingat marah memang dapat
menimbulkan tenaga yang luar biasa, tetapi jangan sampai mengakibatkan
hilangnya pertimbangan akal dalam menyalurkan timbulnya tenaga tersebut.
Manfaat tenaga itu untuk usaha-usaha yang produktif.
Untuk mengurangi akibat-akibat negatif yang dapat ditimbulkan oleh kemarahan
perlu dicari bagaimana jalan meredahkan kemarahan yang terjadi. Hal ini dapat
diusahakan antara lain dengan cara:
1.
Menghambat
spontanitas tindakan kemarahan
2.
Mengurangi
agresifitas tindakan kemarahan.
3.
Menanggapi kemarahan
dengan tindakan-tindakan atau usaha yang positif.
4.
Melupakan atau
menghilangkan/menghindari sumber kemarahan.
C. Pengendalian Emosi kunci Meraih
Prestasi
Dr. Patricia Patton dalam bukunya Emotional Quotient
mengungkapkan bahwa untuk mampu mengatur emosi adalah dengan cara belajar.
1. Belajar
mengidentifikasikan apa saja yang bisa memicu emosi kita dan respon apa yang
biasa kita berikan.
2. Belajar dari
kesalahan, belajar membedakan segala hal di sekitar kita yang dapat memberikan
pengaruh dan yang tak dapat memberikan pengaruh pada diri kita.
3. Belajar selalu
bertanggung jawab pada setiap tindakan kita.
4. Belajar mencari
kebenaran, belajar memanfaatkan waktu secara maksimal untuk menyelesaikan
masalah.
5. Belajar
menggunakan kekuatan sekaligus kerendahan hati.
Dengan kelima
hal inilah maka dengan mudah kita mampu mengendalikan emosi itu. Kita mampu
mengelola emosi itu sehingga bisa kita endapkan dalam hati. Jika kita mampu
mengelolanya maka jadilah emosi itu sebagai energi untuk memajukan diri.
Contohnya, seorang Peter Gade yang mampu mengelola emosinya, menggunakan
semangat dari kemarahan karena sering disepelekan karena usianya yang sudah
tua) menjadi pemicunya dalam mengejar prestasi sehingga dia bisa membuktikan
kalau dia bukan si pecundang tua yang dapat disepelekan dalam TUC kemarin.
Tetapi yang tak boleh dilupakan, sebagai makhluk sosial,
manusia tak bisa menghindarkan diri untuk berinteraksi dengan manusia yang
lain, dalam hal ini dengan kemampuan menggunakan emosi sebagai pembawa
informasi, kita bisa melihat sisi, kadar intensitas emosi orang lain yang
muncul dari komunikasi non-formalnya, berupa ekspresi, tekanan nada suara,
gerakan ataupun bahasa tubuh yang dipakainya. Jika kita mampu membaca bahasa-bahasa
itu maka bisa diupayakan tindakan kontra reaksi dari emosi orang tersebut.
Umpamanya, jika kita lihat ada gejala mitra atau lawan
bicara kita kurang suka, maka kita antisipasi dengan dengan berbicara yang
bersifat menetralkan perasaan orang tersebut. Setelah kita pahami masalah emosi
diri maupun emosi orang lain, maka secara mudah kita menjalin hubungan
interpersonal dengan orang lain. Sehingga diharapkan muncul pribadi yang
menyenangkan. Seseorang yang memiliki kecerdasan emosi yang baik akan peka
terhadap situasi apapun yang sedang terjadi, serhingga dengan mudah menyiapkan
strategi kontra situasi terhadap suatu konflik yang ada.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk
bertindak. Emosi
dapat diartikan sebagai suatu tindakan/respon dari rangsangan luar ataupun
dalam dimana keadaan fisiologis dan psikologis tidak dalam keadaan seimbang.Sebagai contoh
emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara
fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku
menangis.
Pengaruh
posifif dari emosi adalah memiliki semangat yang tinggi, energi lebih untuk
beraktifitas dan motivasi diri.Semua hal tersebut sangat
berpengaruh tergantung pada kekayaan pengalaman, pengertian, pengetahuan
terhadap situasi sesaat.Pengaruh negatif dari emosi adalah gelisah, takut, dan
marah.
Anthony Dio
Martin penulis buku Emotional Quality Managament (2003) dan Audio Book
Emotional Power (2004), mengungkapkan bahwa kesuksesan itu ditentukan oleh
visi, imajinasi, aksi dan emosi. Emosi berperan penting, karena manusia saling
berhubungan satu dengan yang lain. Menurut Daniel Goleman pada 1995 mengemukakan bahwa
kesuksesan seseorang itu 80% ditentukan oleh EQ ketimbang IQ. Adapun cara untuk mengelola
emosi adalah sebagai berikut :
1.
17
|
Belajar
mengidentifikasikan apa saja yang bisa memicu emosi kita dan respon apa yang
biasa kita berikan.
2. Belajar dari
kesalahan, belajar membedakan segala hal di sekitar kita yang dapat memberikan
pengaruh dan yang tak dapat memberikan pengaruh pada diri kita.
3. Belajar selalu
bertanggung jawab pada setiap tindakan kita.
4. Belajar mencari
kebenaran, belajar memanfaatkan waktu secara maksimal untuk menyelesaikan
masalah.
5. Belajar
menggunakan kekuatan sekaligus kerendahan hati.
B. Saran
Emosi
dapat diartikan sebagai suatu tindakan/respon dari rangsangan luar ataupun
dalam dimana keadaan fisiologis dan psikologis tidak dalam keadaan
seimbang.Bagi para olahragawan harus memiliki kekayaan pengalam, pengertian dan
pengetahuan yang baik agar emosi dapat dikelola dengan baik agar memperoleh
hasil yang positif berupa semangat juang yang tinggi, energi tambahan dan
memacu motivasi diri kita sendiri.
DAFTAR
PUSTAKA
Uray Johannes & Mahmud
Yunus.1991.Psikologi Olahraga. Malang: IKIP Malang
J.S. Husdarta. 2010. Psikologi
Olahraga. Bandung: Alfabeta
19
|
http://www.koni.or.id/files/documents/journal/4.%20Etika%20dan%20Moral%20dalam%20Pendidikan%20Jasmani%20Menuju%20Olahraga%20Prestasi%20Oleh%20DR.%20Johansyah%20Lubis,%20M.Pd.pdf
http://formula.indonesiafile.com/index.php?view=article&catid=8%3Ajurnal-merah-putih&id=24%3Apsikologi-olahraga&format=pdf&option=com_content&Itemid=15
http://formula.indonesiafile.com/index.php?view=article&catid=8%3Ajurnal-merah-putih&id=24%3Apsikologi-olahraga&format=pdf&option=com_content&Itemid=15
Komentar
Posting Komentar